OLEH:
HENDRASYAH PUTRA
Diatas
kertas semua orang mengetahui bahwa sumber daya alam kita begitu banyak, tapi
entah mengapa kebodohan, kemiskinan dan buruknya infrastruktur dinegeri ini
selalu menjadi realitas yang terbalik dari sumberdaya yang melimpah di negeri
ini. Kita juga mengetahui bahwa bahan bakar minyak dan listrik diurusi oleh
BUMN seperti Pertamina dan PLN, tetapi kita juga dihadapkan dengan fakta bahwa
dua BUMN ini selalu merugi.
Beberapa
pengamat mengatakan bahwa pemerintah selalu merugi di sektor-sektor sumber daya
alam yang terkait hajat hidup orang banyak tersebut dikarenakan tidak tepat sasarannya
subsidi yang diberikan. Selain itu adanya penyelewengan seperti penyeludupan
BBM bersubsidi oleh oknum-oknum tertentu seakan sengaja dibiarkan sampai waktu
yang tidak ditentukan. Unik memang, negeri yang sumber daya alamnya melimpah
malah menerima penyumbang terbesar devisanya dari buruh migran dan pajak.
Tak heran
kiranya jika kebijakan pemerintah yang tidak tepat sasaran tersebut berakibat
pada tidak adanya pemerataan pembangunan. Belakangan ada kepala daerah yang
meributkan masalah perimbangan keuangan daerah dan pusat yang masih dianggap
kurang fair. Benar atau tidak, tentu harus dikaji terlebih dahulu secara
mendalam.
Dalam pada
itu masalah pemerataan pembangunan ini secara nyata menjadi salah satu isu
disintegrasi. Papua dan Aceh kiranya sudah memberikan perlawanan atas ketidak
adilan atas pemerataan pembangunan itu, dan tentunya hal ini tidak bisa
dibiarkan terus menerus.
Kita Kerap kali
kita disuguhi dengan fakta bahwa diaerah-daerah terpencil kekurangan sumber
daya manusia di bidang kesehatan dan pendidikan. Kekurangan sumber daya pun
terkadang menjadi dalih, tetapi faktanya pemerintah mengakui bahwa PNS kita
sudah kebanyakan dan kini moraturium perekrutan PNS pun telah diterapkan.
Gendutnya
postur PNS kita memang berakibat langsung pada pemborosan anggaran dimana
alokasi anggaran belanja negara banyak tersedot oleh belanja gaji pegawai daripada
belanja modal. Tetapi ironinya saya masih sering menemui fakta bahwa beberapa
instansi vertikal dan pemerintah daerah mengklaim masih kekurangan sumber daya manusia. Hal
ini menjadi fakta yang unik ketika kita dihadapkan dengan realitas pembangunan
infrastruktur dan pengelolaan atau manajemen kepegawaian tidak tepat sasaran
sehingga yang timbul hanyalah persoalan gali lobang dan tutup lobang.
Adanya
fakta mengenai pustu, puskesmas dan sekolah yang tidak memiliki sumber daya
manusia sejatinya bukan seratus persen kesalahan si tenaga kesehatan atau
pengajar. Pada titik ini kita harus bijak dan tidak terlalu menyalahkan sumber
daya manusia yang dipaksa ataupun ditunjuk untuk ditempatkan didaerah terpencil
tersebut, mengapa demikian? Bagi saya sangat menggelikan melihat pembangunan
pustu,puskesmas dan sekolah ditengah-tengah hutan dimana akses jalan saja tidak
ada. Logika sederhananya adalah bagaimana si perawat, bidan atau guru pergi ke
sekolah untuk menjalankan tugasnya dengan terlebih dahulu menghadapi kondisi
medan yang cukup berat?
Tidak perlu
jauh-jauh untuk melakukan studi banding ke eropa, negara tetangga seperti
Malaysia kiranya cukup untuk memberikan contoh bagaimana caranya membangun
infrastruktur seperti jalan, jembatan dan sekolah serta bagaimana cara mereka
menguatkan sumber daya manusia dan membangun wilayah perbatasan.
Kembali
kepada Indonesia tercinta, mubasir itulah yang ada dibenak saya ketika melihat pembangunan
pustu,Puskesma dan Sekolah yang dibangun ditengah-tengah hutan. Diatas kertas
mungkin kita selalu disuguhkan dengan angka-angka yang indah terhadap jumlah
pustu,puskesmas dan sekolah yang dibangun serta sumber daya manusia yang ada,
tetapi sekali lagi apakah hal tersebut sudah tepat sasaran??
Kondisi seperti ini seakan atau mungkin barangkali
sengaja dibiarkan demi keuntungan pihak-pihak tertentu. Project oriented
mungkin sudah menjadi rahasia umum dinegeri ini demi keuntungan pribadi,
keluarga atau kelompok. Laporan diatas kertas memang menjadi yang utama
dinegeri ini, tak perduli apakah faktanya pembangunan tersebut memberikan
dampak yang baik bagi masyarakat.
0 Komentar, saran silahkan disini:
Post a Comment