Tuesday, January 6, 2015

MENGAPA SUSAH MOVE ON?

gambar: http://www.keepcalm-o-matic.co.uk/

OLEH
HENDRASYAH PUTRA

Mengapa Indonesia susah move on? Mungkin inilah kesimpulan yang saya petik dari pengamatan saya berdasarkan perilaku orang Indonesia terutama dari dunia maya. Hal ini saya amati ketika saya membaca sebuah berita atau informasi di dunia maya tetapi kerap kali tertuju pula pada komentar-komentar para pembaca yang begitu menarik, kadang rasis kadang merendahkan/mencaci  dan tidak beradab dimana jumlah komentr tersebut bisa puluhan bahkan sampai ratusan.
Tak heran rasanya jika orang Indonesia ribut karena berbeda fans klub sepak bola, rusuh karena beda merk motor, beda merk hp saling ejek dan apalagi beda capres masih panas dan mendendam malah.
Menggelikan memang ketika melihat perilaku orang Indonesia ini, apalagi jika keributan tersebut dipicu dari Klub sepak bola B dan R yang tentunya bukan dari Indonesia. Klub nya punya orang dan negara lain tetapi kenapa kita yang harus jadi ribut sesama orang Indonesia? Menggelikan memang tapi inilah fakta unik nya.

Saya juga menemukan istilah FBH dan FBY untuk para fans berat dari merk sepeda motor tertentu di Indonesia. Produsen sepeda motor tentu mereka tak akan ambil pusing dengan rivalitas yang dibuat sendiri oleh para pengguna sepeda motor merk asing tersebut, mereka mungkin atau barangkali malah senang dan bahagia jika kondisi seperti itu terjaga serta tumbuh dan berkembang karena akan berdampak secara langsung pada market sepeda motor mereka.
Belum lagi perilaku para fans berat merk handphone A dan S yang selalu saling ejek. Sedikitpun perilaku seperti itu tidak ada memberikan nilai positif bagi Indonesia terkecuali bagi perusahaan pemilik vendor merk handphone tersebut.
Yang masih hangat tentunya terkait dengan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden Juli lalu. Pemilu memang boleh selesai, tetapi fakta dimana para pendukung kedua kubu masih juga tetap panas selalu tersaji di media online.
Fungsi internet pun seakan menjadi sia-sia jika melihat fakta seperti ini. Norma-norma sosial memang sangat mudah untuk dilanggar didunia maya seperti pada kasus tukang kipas sate yang memposting gambar yang mengejek Capres tertentu, pada titik ini sempat terbesit dipikiran saya bahwa apakah kisah tentang santun dan ramah tamahnya orang Indonesia itu hanya sekedar dongeng??
Bagi saya, perilaku dari apa yang muncul dari fakta-fakta diatas  dapat dikatakan perilaku anak-anak yang keras kepala dan tak mau mengalah. Selalu meributkan hal kecil dan remeh temeh ditengah tongkrongan global. Perilaku memalukan ini memang tak semua orang Indonesia melakukannya, tetapi ekses dari perilaku tersebut juga mengotori nama baik orang Indonesia dimata dunia.
Fakta-fakta yang tersaji ini menurut saya menggambarkan bahwa orang Indonesia memang mudah dijajah secara ekonomi dan disisi lain ternyata orang Indonesia juga sangat mudah untuk dipecah belah dengan hal remeh-temeh.
Selain itu fakta-fakta ini juga mencerminkan bahwa ada sebuah “penyakit hati” yang mewabah pada anak bangsa ini. Iri dan dengki sepertinya sudah begitu menggrogoti hati orang Indonesia, jadi kiranya wajar jika aksi-aksi merendahkan, menjelekkan dan menggunjingkan orang lain begitu menjamur dan dianggap biasa saja, yang lebih mengerikannya adalah perilaku seperti ini dimunculkan pada situs-situs jejaring sosisal dimana bukan hanya kita saja yang bisa melihat dan menilai, tetapi seluruh dunia.
 Tidak heran kiranya jika Malaysia dan Singapura yang dahulu jauh tertinggal dibanding Indonesia kini bisa lebih maju dan bermartabat. Tag line “kerja, kerja dan kerja” dari Presiden Jokowi memang tepat kiranya untuk diterapkan daripada kita sibuk menggunjingkan orang atau bangsa lain, karena menurut pendapat saya move on itu bukan hanya bicara saja, tetapi lakukan dan kerjakan.

0 Komentar, saran silahkan disini:

Post a Comment