Ilustrasi saling tuding dan menyalahkan |
Oleh:
HENDRASYAH PUTRA
Adalah menjadi
sebuah hal yang sangat menakutkan ketika kita mengkritik orang lain tetapi malah kita sendiri ternyata tidak lebih baik dari mereka. Seorang teman pernah
mengingatkan saya untuk atas apa yang pernah saya kritisi dalam sebuah tulisan yang pernah saya buat, dimana dikemudian hari ternyata saya juga melakukan perilaku yang saya kritik tersebut. Mengerikan
memang, tetapi saya berusaha dan berdoa agar perilaku buruk tersebut tidak akan
saya lakukan.
Dalam konteks
Indonesia kekinian, sejatinya kita sering menjumpai perilaku pengkritik tidak
lebih baik dari pada apa yang dikritik. Fakta yang menarik tersebut menjadi
menarik ketika kita berbicara penegakan hukum dimana negara kita adalah negara
hukum.
Sering kali
kita dengar sindiran sinis tentang uang negara yang dikorupsi tetapi mengapa
koruptornya tidak ada. Belum lagi dengan isu penyeludupan BBM bersubsidi keluar
negeri atau di oplos, tetapi menagapa pelakunya tidak atau sangat sulit untuk
ditangkap? Bagi saya ini hanyalah sebagian kecil kejahatan-kejahatan besar yang
selalu berulang atau bahkan sengaja dipelihara (dibina).
Fakta kekinian
yang bagi saya sangat menarik adalah ketika saya secara tak sengaja berjumpa
dan mendengarkan percakapan masyarakat yang menghindari operasi zebra beberapa
waktu yang lalu disebuah warung kopi.
Dalam percakapan
yang terbangun dalam warung kopi tersebut adalah sangat menarik ketika
masyarakat yang menghindari operasi zebra tersebut mengetahui kesalahannya
dalam berkendara sepeda motor. Uniknya mereka lebih memilih jalan menghindari
operasi zebra tersebut daripada untuk melengkapi perlengkapan berkendara.
Disisi lain
saya seringkali mendapati fakta bahwa dimana masyarakat kerap kali mengkrtisi
secara pedas pihak kepolisian yang dianggap oleh masyarakat tebang pilih dalam penegakan hukum dan
juga mengenai adanya "uang damai".
Bagi saya
inilah sebuah fakta dimana pengkritik ternyata tidak lebih baik daripada yang
dikritik. Sayapun tak heran ketika
petinggi Polri ditelivisi kemudian membela jajarannya dengan mengatakan “jangan
salahkan kami, tapi salahkan yang si pemberi uang damai”.
Seorang teman
yang kebetulan bekerja sebagai polisi disalah satu kabupaten di Kalimantan
Barat pernah berkeluh kesah kepada saya ketika pihak kepolisian melakukan razia
terhadap penjual CD/DVD illegal. Ia menceritakan bahwa sipelaku menolak untuk
ditindak karena alasan utamanya melakukan hal tersebut adalah untuk mencari
nafkah, kemudian disisi lain sipelaku juga merasa bahwa tindakan polisi
tersebut tebang pilih.
Saya menyadari bahwa kita tidak bisa mengeneralisir antara aparat penegak hukum dan masyarakat, mengingat tidak semua masyarakat dan aparat penegak hukum itu berperilaku negatif. Tetapi pada titik saya melihat bahwa saling mengkritik atas perilaku buruk tersebut kemudian melahirkan ketidak percayaan satu sama lain dan akhirnya antara penegak hukum dan masyararakat saling menganggap remeh.
Tidak untuk
didramatisir, tetapi dalam penilaian saya kondisi penegakan hukum kita saat ini
memang semakin rumit. Kita tak bisa begitu saja menyalahkan anggapan sebagian
masyarakat yang memandang sinis penegakan hukum mengingat sisi lain dari fakta
penegakan hukum memang tak pernah menyentuh pelaku-pelaku kejahatan kerah putih
yang terkadang/bahkan sangat familiar dimata masyarakat.
Penegakan
hukum memang harus terus berjalan dengan apapun konsekuensinya dan berapapun
nilainya. Penegakan hukum dalam konteks Indonesia kekinian adalah cerminan
dimana pengkritik dan yang dikritik sama-sama tak lebih baik. Jadi jangan heran
ketika negara ini masih berkutat dengan begitu banyak masalah jika kita sendiri
tidak mau “hijrah” ke kebaikan.
0 Komentar, saran silahkan disini:
Post a Comment