Saturday, December 27, 2014

TIDAK LEBIH BAIK

Ilustrasi saling tuding dan menyalahkan

Oleh:
HENDRASYAH PUTRA


Adalah menjadi sebuah hal yang sangat menakutkan ketika kita mengkritik orang lain tetapi malah kita sendiri ternyata tidak lebih baik dari mereka. Seorang teman pernah mengingatkan saya untuk atas apa yang pernah saya kritisi dalam sebuah tulisan yang pernah saya buat, dimana dikemudian hari ternyata saya juga melakukan perilaku yang saya kritik tersebut. Mengerikan memang, tetapi saya berusaha dan berdoa agar perilaku buruk tersebut tidak akan saya lakukan.
Dalam konteks Indonesia kekinian, sejatinya kita sering menjumpai perilaku pengkritik tidak lebih baik dari pada apa yang dikritik. Fakta yang menarik tersebut menjadi menarik ketika kita berbicara penegakan hukum dimana negara kita adalah negara hukum.
Sering kali kita dengar sindiran sinis tentang uang negara yang dikorupsi tetapi mengapa koruptornya tidak ada. Belum lagi dengan isu penyeludupan BBM bersubsidi keluar negeri atau di oplos, tetapi menagapa pelakunya tidak atau sangat sulit untuk ditangkap? Bagi saya ini hanyalah sebagian kecil kejahatan-kejahatan besar yang selalu berulang atau bahkan sengaja dipelihara (dibina).

Fakta kekinian yang bagi saya sangat menarik adalah ketika saya secara tak sengaja berjumpa dan mendengarkan percakapan masyarakat yang menghindari operasi zebra beberapa waktu yang lalu disebuah warung kopi.
Dalam percakapan yang terbangun dalam warung kopi tersebut adalah sangat menarik ketika masyarakat yang menghindari operasi zebra tersebut mengetahui kesalahannya dalam berkendara sepeda motor. Uniknya mereka lebih memilih jalan menghindari operasi zebra tersebut daripada untuk melengkapi perlengkapan berkendara.
Disisi lain saya seringkali mendapati fakta bahwa dimana masyarakat kerap kali mengkrtisi secara pedas pihak kepolisian yang dianggap oleh masyarakat tebang pilih dalam penegakan hukum dan juga mengenai adanya "uang damai".
Bagi saya inilah sebuah fakta dimana pengkritik ternyata tidak lebih baik daripada yang dikritik.  Sayapun tak heran ketika petinggi Polri ditelivisi kemudian membela jajarannya dengan mengatakan “jangan salahkan kami, tapi salahkan yang si pemberi uang damai”.
Seorang teman yang kebetulan bekerja sebagai polisi disalah satu kabupaten di Kalimantan Barat pernah berkeluh kesah kepada saya ketika pihak kepolisian melakukan razia terhadap penjual CD/DVD illegal. Ia menceritakan bahwa sipelaku menolak untuk ditindak karena alasan utamanya melakukan hal tersebut adalah untuk mencari nafkah, kemudian disisi lain sipelaku juga merasa bahwa tindakan polisi tersebut tebang pilih.
Saya menyadari bahwa kita tidak bisa mengeneralisir antara aparat penegak hukum dan masyarakat, mengingat tidak semua masyarakat dan aparat penegak hukum itu berperilaku negatif. Tetapi pada titik saya melihat bahwa saling mengkritik atas perilaku buruk tersebut kemudian melahirkan ketidak percayaan satu sama lain dan akhirnya antara penegak hukum dan masyararakat saling menganggap remeh.
Tidak untuk didramatisir, tetapi dalam penilaian saya kondisi penegakan hukum kita saat ini memang semakin rumit. Kita tak bisa begitu saja menyalahkan anggapan sebagian masyarakat yang memandang sinis penegakan hukum mengingat sisi lain dari fakta penegakan hukum memang tak pernah menyentuh pelaku-pelaku kejahatan kerah putih yang terkadang/bahkan sangat familiar dimata masyarakat.
Penegakan hukum memang harus terus berjalan dengan apapun konsekuensinya dan berapapun nilainya. Penegakan hukum dalam konteks Indonesia kekinian adalah cerminan dimana pengkritik dan yang dikritik sama-sama tak lebih baik. Jadi jangan heran ketika negara ini masih berkutat dengan begitu banyak masalah jika kita sendiri tidak mau “hijrah” ke kebaikan. 

0 Komentar, saran silahkan disini:

Post a Comment