Sunday, April 8, 2012

NDAK SIAP & LKMD (Lebih Kurang Mohon Dimaklumi)



Oleh: Hendrasyah Putra


Ndak siap.... begitulah kata-kata yang masih terkenang dalam pikiran saya. Kata-kata itu sendiri mengingatkan saya ketika semasa duduk dibangku kuliah dahulu. Kata-kata yang dilontarkan oleh salah seorang dosen saya sewaktu memberikan kuliah studi kasus hukum perburuhan itu sebenarnya memiliki arti tersendiri bagi saya.
Sebuah arti yang begitu dalam maknanya dan juga menggelitik hati. Begitu dalam maknanya karena pada saat itu harusnya kami (mahasiswa) tentunya sudah siap sebelum mata kuliah itu dimulai. Apakah kesiapan itu dari sisi materil (substansi/materi kuliah) ataupun dari segi formil (kehadiran dalam ruang kelas).
Menggelitik hati, harusnya kami yang pada waktu itu mahasiswa, tentunya malu dengan ketidaksiapan kami ketika kuliah itu berlangsung. Oleh karena itu, kami begitu pantas menerima perkataan “Ndak siap” yang dicuapkan dengan sinis dan ditambah lagi dengan sebuah akronim LKMD, “lebih kurang mohon dimaklumi”. Lengkap lah sudah oleh-oleh yang diberikan dosen kami kala itu.

Fenomena Ndak Siap
Ndak siap, kini apa yang dahulu pernah dicuapkan dosen saya itu betul-betul menunjukkan sebuah wujud yang nyata. Selain menjadi ide dalam tulisan kali ini, kata-kata itu juga bagi saya bisa menggambarkan kondisi Indonesia dalam konteks yang kekinian.

Sunday, April 1, 2012

CINTA INDONESIA?



Oleh : Hendrasyah Putra

Awal April di Minggu pagi, setelah selesai memandikan bayi  dan bersiap untuk menulis, hal pertama yang terlintas dipikiran saya adalah tentang rasa cinta. Saya yang baru saja menjadi seorang ayah ini rasanya tak bisa jauh dari sang anak. Hal apapun akan saya tempuh untuk kebaikan si anak. Mungkin inilah salah satu ciri dari kecintaan dan rasa sayang seorang Ayah.
Berbicara tentang cinta, saya jadi teringat pada sebuah artikel sahabat karib saya. Artikel itu sendiri berjudul “Mereka Yang Rindu Kepada Allah”. Dalam artikel tersebut, sahabat saya menceritakan bahwa “Rindu merupakan pengejawantahan dari sikap mencintai seorang, tidak mungkin seorang yang sedang di landa kebencian memilikinya”.
Berbicara tentang cinta, saya jadi teringat kepada salah seorang triner yang selalu mengingatkan peserta didiknya untuk menggunakan produk dalam negeri. Baginya jika kita cinta Indonesia maka kita harus menggunakan produk dalam negeri.
Seperti jargon iklan salah satu produk pelumas keluaran Indonesia, “kita untung bangsa untung”. Secara rasional hal ini memang masuk akal. Dimana produk-produk Indonesia yang kita beli itu lebih banyak memberikan manfaat nya secara langsung maupun tidak langsung. Misalkan saja dari segi pajak, penyerapan tenaga kerja, meningkatnya investasi dan pengembangan teknologi dalam negeri itu sendiri.