Oleh: Hendrasyah Putra
Kekuasaan, memang sesuatu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Dimulai dari belum terbentuknya suatu negara, suatu kelompok kecil pun sudah memiliki kekuasaan. Dan kelomp kecil itupun mempunyai seorang penguasa yang terkuat diantara anggota-anggota kelompok tersebut.
Agaknya konsep-konsep kekuasaan ini adalah suatu hal yang sampai sekarang masih bertahan. Menjadi suatu hal menarik untuk dipertanyaan ialah pertama, mengapa kekuasaan itu cenderung dialanggengkan (dipertahankan) oleh penguasa?, kedua mengapa keadilan hanya diperoleh orang yang mempunyai kekuasan saja?
Saya pikir dari kedua pertanyaan yang timbul dari suatu konsep kekuasaan diatas mempunyai keterikatan satu sama lain (sebab akibat).
Ketika muncul pertanyaan, mengapa kekuasaan itu cenderung dilanggengkan, maka akan timbul suatu antitesis, yakni karena kekuasaan itu diperlukan si Penguasa untuk membenarkan segala tindakannya. Dan si penguasa tadi dapat berbuat apa saja yang ia inginkan.
Ketika kecenderungan untuk mempertahankan kekuasaan ini muncul maka disertai dengan timbulnya suatu tindakan-tindakan untuk mempertahan kan kekuasaan tersebut. Banyak cara yang bisa di tempuh untuk mempertahankan kekuasaan, yakni dengan jalan kekerasan dan hegemoni.
Sebagai contoh dari cara mempertahankan kekuasan dengan jalan kekerasan yakni, di Indonesia ketika pemerintahan rezim orde baru cara-cara seperti terror, penculikan, intimidasi dan pembunuhan adalah suatu cara yang paling efektif untuk melemahkan perlawanan-perlawanan terhadap penguasa. Hal yang serupa ketika seorang pemimpin fasisme Italia yakni Benitto Mussolini melakukan hal yang serupa. Tetapi agaknya Soeharto lebih lihai memainkan cara yang dicetuskan oleh Mussoloni, hal ini terbukti dengan kekuasaannya bertahan lebih dari 30 tahun.
Sedangkan kekuasaan yang dipertahankan dengan cara hegemoni dapat kita lihat dengan apa yang dipraktekan Mahathir Muhammad. Terlepas dari konfliknya dengan Anwar Ibrahim, Mahathir berhasil menciptakan ide-ide besar berupa musuh bersama yangs sejauh ini berhasil menyatukan rakyat Malaysia.
Ide besar bahwa Amerika Serikat dan spekulan George Soros adalah musuh kita bersama (Malaysia), telah menciptakan konsesus dikalangan rakyat Malaysia bahwa kita harus mempertahankan bersama-sama kebesaran tanah Melayu, dalam pengertian lain mendukung terus kepemimpinan Mahathir.
Saya pikir cara mempertahankan kekuasaan seperti ini lebih efektif ketimbang cara mempertahan kekuasaan dengan jalan kekerasan. Setidaknya dari contoh diatas Mahathir Mumammad mendapat image yang lebih baik dari pada Soeharto yang pada akhirnya di cap sebagai koruptor dan pembunuh.
Setidaknya ada ekses dari mempertahankan kekuasaan ini, yakni negara yang ia pimpin tersebut cenderung menjadi suatu negara yang otoriter karena si penguasa ini jelas tidak ingin kekuasaanya tersebut hilang dari tangannya, sehingga ia dengan segala daya dan upaya menghalalkan berbagaimacam cara untuk mempertahankan kekuasaannya. Hal ini saya pikir sangat erat kaitannya dengan pertanyaan kedua diatas.
Walaupun saat ini rezim orde baru sudah runtuh, tetapi tetap saja akar-akar ataupun kebiasaan-kebiasaan yang sering digunakan oleh rezim orde baru masih tertinggal.
Keadilan sekarang hanyalah menjadi sebuah mitos di masyarakat. Sangat sulit untuk mendapatkan keadilan, terlebih jika orang tersebut tidak mempunyai kekuasaan. (dalam hal ini kekuasaan itu dapat berupa harta dan jabatan atau mempunyai kelebihan intelektual).
Masyarakat pun saat ini sudah terbiasa dengan korupsi, kolusi dan nepotisme. Yang merupakan suatu terobosan kebudayaan baru bangsa ini. Dimana untuk mendapatkan suatu keadilan, jabatan atau suatu kebutuhan yang menyangkut kehidupan, masyarakat telah menganggap ketiga cara diatas adalah suatu cara yang wajar.
Sebagai contoh ketika keadilan itu hanya diperoleh oleh orang atau penguasa adalah ketika terjadi pemadaman listrik oleh PLN, masyarakat hanya dituntut untuk bersabar padahal apalah kurangnya dari masyarakat, mereka membayar iuran listrik, tetapi masyarakat tidak mendapatkan hak mereka sepenuhnya. Tetapi ketika keadaan berbalik, ketika seseorang ada yang belum membayar iuran listrik selama sebulan, maka PLN langsung memutus sambungan listrik pada orang tersebut.
Ini adalah contoh kecil dimana keadilan itu hanya didapat oleh penguasa. Agaknya bangsa ini lebih senang menjajah bangsa sendiri, karena akan lebih mudah dari pada menjajah bangsa lain. Hal ini jauh berbeda dengan apa yang telah dilakukan Malaysia, mereka dapat menciptakan musuh bersama, tetapi apa yang telah diciptakan oleh Bangsa ini adalah terciptanya pertentangan antar kelas, yakni kelas pemerintah dan pemilik modal dengan kelas kaum miskin.
Maka tidak mengherankan di Indonesia telah begitu banyak bermunculan kelompok-kelompok yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan ini, misalnya GAM, GPK di Papua, DITII dan lain-lain yang merupakan dampak dari tidak adanya keadilan.
Jangan heran jika suatu saat terjadi perlawanan oleh masyarakat terhadap pemerintah karena ketidakadilan yang selama ini diteima. Masyarakat telah cukup bersabar, saya pikir hal inilah yang harus disadari oleh penguasa, kalau tidak ingin kekuasaannya jatuh seperti yang terjadi di negara tetangga kita, yakni Filipina dan Thailand.
0 Komentar, saran silahkan disini:
Post a Comment