Thursday, November 24, 2011

Mungkin Sudah Ditinggalkan



Oleh: Hendrasyah Putra


Sudah dapat saya perkirakan kisruh yang akan timbul ketika hari raya Idul adha berlangsung. Kisruh yang seakan hanya sebuah pengulangan setiap tahunnya dari setiap pembagian daging kurban kiranya sudah dimaklumi oleh kita semua. Hal ini kiranya menambah daftar panjang dalam kisruh-kisruh yang terjadi seperti dalam mendapatkan BBM (bahan bakar minyak), zakat dan sembako.
Ketika kecil, saya masih ingat betul ketika guru SD (sekolah dasar) saya yang menceritakan bahwa Indonesia itu begitu terkenal didunia internasional dengan perilaku ramah, tolong-menolong dan gotong-royongnya. Kini keadaan sudah berubah. Cerita tentang perilaku ramah, tolong menolong dan gotong royong kini telah menjadi dongeng. Kini klaim atas hal itu semua digugat  dengan perilaku kita atas terciptanya kesemerautan dan kisruh yang timbul.
Budaya timur, begitulah kira-kira adagium yang akan membuat orang-orang barat dahulu menjadi segan dan kagum dengan orang Indonesia. Ketika disebut budaya timur, tentunya kata tersebut akan menimbulkan kesimpulan tentang budaya malu, ramah, saling menghormati dan tolong-menolong.
Egois, tentunya akan sangat jauh dari bayangan kita dalam sebuah konsep budaya timur. Dahulu saya sempat beranggapan sifat egois dan individualistik itu hanya cerminan dari negara-negara barat yang terkenal dengan paham liberalnya itu.
Kini anggapan saya itu telah pudar. Saya begitu kaget ketika mendengar sebuah cerita dari dosen yang juga senior saya tentang pengalamannya ketika kuliah di Australia. Dalam percakapannya dengan saya, ia menceritakan bahwa di Australia itu tidaklah begitu kental dengan individualisme.
Disana ia mendapati sebuah fenomena. Fenomena dimana barang-barang yang masa kadaluarsanya sudah hampir habis dibagikan atau digratiskan begitu saja oleh si pemilik tokoh. Tentunya hal ini begitu berbanding terbalik dengan Indonesia. Saya sendiri sering kali menemukan minuman ringan di mini market yang sudah kadaluarsa masih dipajang dalam rak-rak penjualan.
Dalam hati, saya jadi bertanya-tanya. Sebenarnya siapa yang lebih mengerti semangat akan budaya ketimuran itu? Dan bagaimana dengan paham liberal yang diteriakan oleh negara-negara barat?
Dalam tanda tanya saya itu, saya kembali dikejutkan dengan sebuah pemberitaan di media massa lokal Kal-Bar yang berjudul “Buku Dikembalikan Setelah Dipinjam 25 Tahun”.
Dalam pemberitaan tersebut diceritakan bahwa Seorang perempuan di Virginia (Amerika Serikat) mengembalikan buku yang sudah dipinjamnya sejak tahun 1986 alias 25 tahun lalu. Buku itu sendiri  dikembalikan selama ada program pengampunan. Program itu membebaskan denda bagi orang-orang yang terlambat mengembalikan buku perpustakaan. Mereka hanya diminta menyumbangkan makanan.
Hal yang menarik dalam cerita tersebut adalah Si Peminjam buku berterima kasih dengan dibuatnya program pengampunan tersebut, karena hal tersebut telah membuat rasa bersalah Si Peminjam buku hilang dan memiliki kesempatan untuk menebusnya.
Saya kira perilaku untuk menebus kesalahan sebagaimana yang digambarkan pada kisah nyata diatas tentunya patut kita acungi jempol. Hal ini menjadi begitu menarik ketika perilaku penebusan kesalahan tersebut terjadi di Amerika Serikat yang sebagaimana kita ketahui adalah negara yang menganut liberalisme.
Pada tulisan saya sebelumnya, saya seringkali membandingkan perilaku orang Indonesia dengan orang Jepang. Mungkin saya hanya melihat dari satu sisi kesamaan tentang asia dan budaya ketimurannya saja. Pada titik ini, ternyata hal-hal yang berbau ketimuran itu juga bisa muncul dengan baik dinegara-negara barat.
Mungkin kini terjawab sudah mengapa budaya malu di Indonesia ditinggalkan. Mungkin kisruh yang sering kali timbul itu dikarenkan kita lebih suka dengan individualisme dan liberalisme. Mungkin kita lebih suka semangat Pancasila itu tercermin di negara-negara liberal. Mungkin kita lebih baik dalam berwacana daripada menjalankannya. Dan mungkinkah Indonesia akan bangkit jika kita lebih senang seperti ini?

0 Komentar, saran silahkan disini:

Post a Comment